Jumat, 30 Desember 2016
Aku Merindu... dan Kau Harus Tahu
Tak pernah sebelumnya aku merasa sendu, merasa hidupku seperti film-film roman yang merindu penuh kekalutan. Dan semua ini terasa nyata, tanpa adanya kau di sampingku seperti setiap saat sebelum kita jauh terpisahkan.
694km.
Tidak. Kau tidak perlu membuatku membalas rindumu. Karena jauh sebelum kau merindu, aku sudah kalut di dalamnya.
Kita tahu ini tidak mudah. Aku mohon, bertahanlah...
Karena sakit mala rindu ini jelas lebih banyak aku yang rasakan.
Kamis, 29 September 2016
D-22 [Mengeluh dan Bersyukur]
So, saya akhirnya memutuskan tema 'mengeluh dan bersyukur'.
Jadi kesialan dan pelajaran hari ini adalah.....
Tunggu...
Dimulai dari bangun kesiangan, datang di kelas hampir terlambat, diread doang, dosen pengganti yang nggak asyik, nggak sarapan, makan siang yang terlambat dan terburu-buru, udah buru-buru makan siang malah ditinggal teman, sakit perut, penyakit kumat, hmm.... apalagi? Oh iya, sudah buru-buru balik malah kekunci dan nggak bisa masuk kamar. Jadilah ndelosor ria di depan kamar dengan keadaan perut melilit campur aduk. Setelah berhasil masuk kamar, sakit malah menjadi-jadi. Mau ke apotek beli obat? Jalan jauh banget dan badan udah lemes banget. Dan jadilah nitip sama kakak tingkat yang baik hati banget mau mencarikan obat aneh yang langka (Thankyou qaqa).
Tunggu lagi!!!!!
Kok saya jadi mengeluh seperti ini ya? Hm... Sepertinya saya kurang bersyukur nih. Nah, ini nih yang bikin hari ini terasa berat banget, sesara sengsara banget. Kalau kata anak gawl sih 'bad-day'.
Apa yang terjadi kalau kita kurang bersyukur? Ya seperti ini, mengeluh dan terus mengeluh sampai seakan-akan dunia mau runtuh. Semua pemberian Tuhan sampai tertutup keberadaannya di mata kita.
"Sesuatu yang paling banyak membuat orang merugi adalah selalu mengeluh dengan kenyataan pahit dalam hidupnya, membicarakan hal-hal negatif tentang kehidupan." (Hidupkan Hidupmu!: 2014)
Jadi, marilah kita ucapkan "Alhamdulillah" sebanyak-banyaknya. Bersyukur itu mudah kok, coba saja hitung pemberian Tuhan kepada kita dalam waktu satu jam terakhir saja. Kesehatan, kelengkapan anggota tubuh, udara, makanan, minuman, kuota internet, segalanya tidak dapat saya sebutkan disini apalagi dihitung seberapa banyak nilai. Tak terhingga bukan? membuat kita merasa kecil di hadapannya. Jadi, apa alasanmu untuk tidak bersyukur detik ini?
Bersyukurnya, saya memiliki seseorang yang selalu mengingatkan saya untuk bersyukur. Siapa lagi kalau bukan 'doi'? Seorang yang saya pertahankan mati-matian.
Dulu sebelum saya berhijrah, saya sering diajaknya berkeliling ke tempat-tempat yang dapat membuat saya membuka mata pada dunia. Melihat orang-orang yang jauh lebih sengsara dengan permasalahannya yang lebih rumit, orang-orang yang berjuang demi sesuap nasi, yang bertahan dengan tidur di emper toko, yang melawan kodrat dengan -maaf- merubah dirinya yang laki-laki menyerupai wanita untuk mendapat sesuap soto di pojok pasar, semua yang lebih kekurangan daripada saya. Di situlah saya melihat, betapa adilnya Tuhan, bahkan orang-orang seperti mereka masih diberikan rezeki untuk bertahan hidup. Betapa lebih beruntungnya saya daripada mereka.
Dan masih ingat sekali, ia meminta saya untuk sering-sering bersyukur dan berhenti mengeluhkan keadaan yang serba berkecukupan.
Sssstt... sudah jangan protes! Saya juga ndak tahu kenapa postingan saya pasti ujung-ujungnya bakal ngebahas dia lagi.
Ya sudahlah... wong cuma diread doang. Jadi, Alhamdulillah sampai disini saja post saya hari ini.
Marilah budayakan bersyukur!
Munchah kisses to u all.
Cheers!!
-Kz
Rabu, 28 September 2016
[Sarkasme]
Sering dengar pepatah 'mulutmu haraimaumu'? Ya, pepatah itu saya asumsikan 100% benar.
Dari beberapa kawan yang menggunakan bahasa gaul, ataupun bahasa Inggris dalam pergaulannya, mereka menyebut saya sarcastic. Sarcastic atau dalam bahasa Indonesianya 'sarkastik' dengan kata dasar sarkasme.
sarkasme/sar·kas·me/ n (penggunaan) kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
Saya meminta maaf sebesar-besarnya atas semua perkataan saya yang mungkin menyakiti hati kalian.Dan berterimakasihlah kepada seorang pria yang menyadarkan saya pentingnya berbikir sebelum berucap.
Selasa, 27 September 2016
[Happines. That's What You Made]
Sejak sebulan lalu sebelum berangkat ke perantauan, rasa bersalah dan patah hati menggantung kuat dalam diri saya. Sampai-sampai saya tidak berani menguhubungi 'doi' yang jauh disana, karena takut 'doi' kecewa dan akan semakin marah pada saya. Hal itu juga terjadi dalam hubungan saya dan orang tua. Sebulan juga, saya tidak berani menelpon ataupun memberikan kabar takut mengecewakan dan membuat cemas. Padahal apa yang saya lakukan malah membuat mereka semakin cemas.
Dalam pergaulan baru saya di sini, saya juga merasakan cemas. Orang-orang di sekitar saya dengan euphoria mereka dalam menyambut semester baru, tidak juga menggeser kegundahan yang ada di hati saya. Dan saya mulai takut jika ada yang salah dengan saya. Kenapa kebanggan dan euphoria kebahagiaan mereka -dalam menjalani semester baru di kampus terbaik yang patut dibanggakan ini- tidak menular kepada saya? Apa ada yang salah?
Belum lagi masalah kesehatan saya yang semakin menurun. Dan berbagai gejala penyakit yang timbul belakangan ini. Seminggu yang lalu saya pergi ke dokter, dan perkataan dari beliau malah membuat saya semakin cemas akan apa yang terjadi pada saya. Padahal test saja belum berani saya jalani, tetapi ketakutan dalam diri saya sudah menggumpal dalam hati, dan siap meledak menerkam saya kapan saja.
Sudah berapa banyak kata 'takut' dan 'cemas' yang saya jabarkan di atas?
Seperti yang sudah kita pahami, dua kata tadi yang menyebabkan kebahagiaan kita bersembunyi. Takut dan cemas yang berlebih malah membuat kita semakin terpuruk dan jauh dari kebahagiaan.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Maka langkah yang saya ambil pagi hari ini ketika bangun adalah, memberanikan diri keluar dari zona nyaman yang saya buat karena ketakutan. Zona nyaman yang saya sebut dengan 'zona pengecut'.
Maka ketika membuka mata, hal pertama yang saya lakukan adalah mengirimkan pesan rindu kepada 'doi'. Memang, sebuah ketakutan baru muncul saat itu. Takut tidak berbalas, takut jika respon yang diberikan menyakitkan, dan pikiran negatif lain. Setelah satu jam menghindari membuka ponsel, akhirnya saya beranikan diri. Dan pesan itu berbalas. Singkat, tanpa menyakitkan. Kemudian kebahagiaan mulai datang pada saya.
Langkah kedua, saya menghapus ketakutan lain. Seolah mendapat kekuatan dari keberhasilan -menyingkirkan ketakutan- pertama, saya menelpon ibu saya. Sekedar menanyakan kabar dan ditanyai kabar, tapi ibu terdengar lega diujung sana. Karena pesan-pesan yang beliau kirimkan melalui Whatsapp selama ini selalu jarang terbalas. Sungguh, saya merasa durhaka saat ini. Ketakutan yang sudah menang kala itu, kini terkalahkan sudah. Dan suatu kelegaan dan kebahagiaan muncul kembali dalam diri saya.
Dari dua contoh di atas, saya simpulkan bahwa bahagia adalah apa yang kita buat sendiri. Percuma saja jika orang lain berusaha membuat kita bahagia, tapi kita tidak punya niat untuk bahagia. Maka, bahagia sesungguhnya muncul dari dalam diri kita sendiri, seperti rasa takut.
Keluar dari zona nyamanmu, kalah kan ketakutanmu. Kamu lebih besar dari ketakutanmu! Dan jangan lupa bersyukur, Tuhan memberimu kekuatan besar untuk itu. Hanya saja kamu enggan menggunakannya. Cheers!!!
-Kz
Minggu, 03 Juli 2016
#KutipanFavorit : Ayah Pidi Baiq
Masih dari ayah Pidi, ini beberapa kutipan yang saya gilai:
Kurang ajar! Selalu saja dia punya cara, untuk bisa membuat aku mencintainya. Merepotkan!
Mungkin ada org yang menulis untuk mengatakan kata hatinya, maafkan aku kalau salah, karena aku menulis untuk mndengarkan kata hatiku.
Waktu akan membuatku lupa, tapi yang aku tulis akan membantu membuatku ingat.
Aku memang malas bangun pagi, tapi aku rajin bangun siang.
Tenang saja, perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah, bila habis itu saling lupa.
Aku mencintaimu, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserahlah, itu urusanmu (for Tera Errau)
Pergi keluar rumah untuk apa pun yang engkau lakukan, tujuannya adalah kembali ke kamar tidur.
Kalau karena aku bangun siang, nanti rizkiku dipatok ayam. Biarlah, nanti ayamnya kumakan juga.
Jangan sedih, nanti rugi, karena kita dilahirkan oleh sebab orang tua yang bersenang-senang.
Lebih banyak quote dari ayah Pidi? Cek disini: QUOTES PIDI BAIQ
#OneShoot: "Kau Berubah", Katanya.
"Kau kenapa mendadak jadi tidak bisa berpaling seperti ini?"
"Apa?"
"Kenapa kau yakin sekali pada pria ini? Tidak seperti saat kau jatuh cinta yang dulu-dulu", diperjelasnya pertanyaan tadi.
"Entahlah... dia berbeda. Dia yang aku inginkan."
"Kalau ternyata jodoh kau malah calon sajarna teknik itu? Macam mana?"
"Aku malah takut", erangku. "Aku takut calon sarjana itu, yang katamu tampan, dan berpendidikan malah tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan, tidak seperti yang satu ini. Dia membuktikan, bahwa apa yang aku inginkan dan aku butuhkan bisa berwujud satu orang yang sederhana."
"Terus saja kau puji kekasihmu itu!"
"Aku mencintai cara berpikirnya, meski banyak tak sejalan denganku. Kau tahu kan, aku ini bodoh. Jadi dia yang pandai."
"Pandai memainkan perasaan kau?"
"Ih aku serius coeg. Dia sudah mengubah cara pandangku akan dunia. Aku jadi lebih hidup, hatiku yang mati rasa kemarin kini jadi nano-nano."
"Kau makan tuh nano-nano! Banyak asamnya."
Hening beberapa saat, hingga dia bertanya kembali.
"Sudah dibalaskah pesan kau sama pangeranmu itu?"
Aku hanya diam tertunduk ke arah layar ponselku, "Huftt... Cuma diread".
"Gila!", makinya.
"Apa?"
"Kamu gila!"
"Mungkin, akhir-akhir ini aku merasa gejala gila ada padaku"
"Sinting! Kau mati-matian pertahankan dia, sedang dia ingin lepas."
"Aku salah ya? Aku menyakitinya?"
"Pikir saja sendiri", dia mengubah posisinya yang terlentang jadi miring untuk memeluk guling. Aku ikut rebahan di sebelahnya.
"Ya, aku menyakitinya dengan tidak melepasnya. Iya kan coeg?"
"Kau pikir saja sendiri coeg, kau jadi tidak peka seperti dulu. Aku jadi tak kenal kau! Dikasih apa kau sama dia? Dia merubahmu selama aku pergi."
"Lihat kau! Semenjak dekat dengannya, kau jadi suka bersolek. Tingkahmu jadi seperti wanita tulen. Yang ini aku suka sih, tapi tetap saja rasanya bukan kau!", imbuhnya.
"Aku cinta dia tapi menyakitinya. Aku menyesal. Hidupku akhir-akhir ini jadi tak karuan, aku jadi tidak bisa berfikir. Kamu pergi, teman-teman pergi, orang tuaku makin asing. Lalu dia datang."
"Hmm...", acuhnya.
"Seandainya dia datang lebih dulu, aku yakin aku yang dulu bisa membahagiakannya."
"Intinya?"
"Bukan dia yang merubahku."
"Lalu?"
"Dia malah memperbaiki ku, tapi dia tak beri banyak waktu."
"Ya?"
"Aku ingin perbaiki hidupku, dan hubunganku dengannya. Aku cinta dia."
"Pergilah ke tempat kerjanya, katanya kau kangen."
"Sudah. Tapi dia sudah tak disana saat aku datang."
"Tak jodoh!"
"Kamu bilang kemarin kami jodoh, sewaktu tak sengaja ku parkir motor satu line dengannya."
"Cuma menghibur kau saja itu coeg!"
"Bangsat! Lalu aku harus bagaimana? Katanya kalau aku cinta, aku pasti tahu harus apa."
"Memang", dia menguap. "Kau tidurlah saja, ini sudah malam."
Senin, 27 Juni 2016
#KutipanFavorit : "Suara Dilan" - Pidi Baiq Part. 2
Aku tahu Lia belum resmi jadi pacarku. Dia masih bisa bebas dengan siapa saja mau pergi.Dilan, people really need to be like you. Lol
Oke. Kalau aku jangan cemburu, mungkin aku hanya merasa kecewa!
Mengapa kecewa? Kalau kecewa, itu gak adil buat Lia, karena Lia bukan pacarku, dia bisa pergi dengan siapa pun selain aku, bahkan tanpa harus bilang kepadaku.
Oke
Juga jangan marah. Aku harusnya jangan berfikir apa yang Lia inginkan dengan pergi bersama Kang Adi ke ITB. Harusnya aku lebih berfikir apa yang aku inginkan ketika aku merasa harus marah ke Lia?
Oke
Dan juga jangan bodoh dengan berpikir Lia tidak boleh bergaul dengan yang lain dan hanya harus dengan diriku.
Oke
Ingat, Lia bukan pacarku, dia hanya orang yang dekat denganku.
Oke. Kalau begitu, mari kita membuat hal yang jelas untuk itu. Waktunya sudah datang, besok aku akan bilang ke Lia bahwa aku ingin berpacaran dengannya.
Minggu, 26 Juni 2016
#KutipanFavorit : "Suara Dilan" - Pidi Baiq
Cuplikan dari "Suara Dilan" milik ayah Pidi Baiq. Entah kenapa tiba-tiba aku jatuh cinta sama tulisan ayah Pidi.“Kalau dia bilang “Anjing” ke kamu, ya harus kamu gigit dia’, kataku. “Kan kata dia juga kamu Anjing”“Bener”“Kalau dia bilang “Monyet” ke kamu, ya harus dicakar. Kata dia juga kan kamu monyet”, kataku lagi“Kalau dia bilang ke saya “Ganteng?”, tanya Akew“Jangan percaya,” kujawab. “Bohong dia”“Ha ha ha”
Sabtu, 25 Juni 2016
Draft: 6 Juni 2016
Sejak pertama bertemu tak pernah ku kira kita bisa sedekat ini. Aku hanya bisa membayangkan, bagaimana rasanya dekat denganmu. Menceritakanmu kepada teman-temanku, tanpa harapan bisa bertemu kembali. Tentu saja semua menganggapku bodoh.
Dulu, sesuai pertemuan kita aku hanya bisa membayangkan bersamamu tanpa berani berharap. Dan memantapkan hati, untuk mengagumimu dalam diam.
Tak kusangka pesan candaanku pada sahabatku -yang ia kirimkan padamu- berakhir seperti ini.
Berakhir dengan kau ikut-ikutan mencintaiku. Menjalin cinta tanpa kejelasan selama lima bulan.Bertengkar, kembali, bertengkar, dan terus kembali hingga kini. Dimana kita harus terpisah jarak, demi masa depanku -dan kuharap juga kita-.
Kupikir ini akan baik -baik saja, karena jarak usia kita yang jauh tak pernah menganggu. Tapi kau ungkapkan ke-tidak-sanggupanmu pada jarak antar kota.
Tahukah kau? Tidak pernah ada yang membuat imajinasiku -kebanyakan yang liar- menjadi senyata saat bersamamu. Tidak ada yang mengungkapkan suara dalam pikiranku, sama persis.
Itulah mengapa kupikir kita sehati, sepikiran, dan sejiwa.
Semoga saja Tuhan mengabulkan doaku. Membuka pintu hatimu untuk bertaubat -ini untuk restu ayah-, memisahkan jarak antara kita -untuk kita-, dan menjadikanku tulang rusukmu -untuk kebahagiaan kita-.
Draft: 7 Juni 2016
Ku kira kau bakal mendekapku lebih erat ketika aku pergi. Ternyata itu hanya imajinasiku saja.
Ku kira kau bakal mengecup keningku dan ucapkan "Sampai jumpa kembali". Ternyata kau lepas saja aku dengan rela.
Draft: 15 Juni 2016
Sebelumnya,
tak pernah ku sejujur ini akan perasaanku.
Sebelumnya,
tak pernah ku melangkah sejauh ini dalam alur hati.
Sebelumnya,
tak pernah ku seegois ini dalam mencintai.
Sebelumnya,
tak pernah kurasakan takut akan kehilangan seorang.
Sebelumnya,
tak ada yang pernah mengubah cara pandangku.
Sebelumnya,
tak pernah seindah ini hari-hariku.
Sebelumnya,
sebelum ini,
sebelum aku mengenalmu.
A.
Dia. Yang tak kusebutkan namanya.
Namun selalu kusematkan dalam doa.
Agar kami berjodoh.
Dan berjumpa kembali, menyanding di pelaminan.
Dia. Yang membuatku bahagia daripada sebelumnya.
Mengubah warna duniaku, cara pandangku akan dunia.
Dia. Yang menjadikanku pribadi yang lebih baik baginya.
Tetapi tidak untuk menjadi miliknya.
Tidak untuk melayaninya.
Dia. Hanya dia.
Tak pernah aku merasa sehidup ini oleh cinta.
Dan tenggelam juga olehnya.
Dia. Tak ada kata yang mampu menggambarkannya.
Semua kata ini percuma.
Dia. Cintaku, yang pertama. Dan semoga menjadi yang terakhir.
Cinta dan Cita
Cinta dan cita.
Cinta? Ah tidak perlu penjelasan lagi bukan, tentang makna cinta?
Cita? Cita-cita. Suatu hal yang kita inginkan dan akan kita usahakan untuk meraihnya.
Dalam perjalanan hidup, kita selalu didampingi oleh cinta dan cita-cita.
Tapi tak semua cinta mendukung cita-cita. Tak semua cita-cita sejalan dengan cinta.
Meskipun setiap orang bermimpi semua cita-citanya akan berjalan mulus berdampingan dengan cinta.
Ada saatnya, dimana kamu harus memilih cinta atau cita-cita.
Jika kamu paksakan keduanya berjalan bersama, bisa jadi hancur bertubrukan.
Jika kamu pandai mensiasati cinta, dan merayu fortuna, mungkinkah keduanya akan seirama?
Jumat, 24 Juni 2016
UDNIR
Setahun lalu aku sempat membaca sebuah cerita, yang aku sendiri lupa akan judulnya. Yang ku ingat, ada dua orang perempuan bersaudara dimana mereka mencintai pria yang sama. Lalu salah satu di antara keduanya, berhasil menjadi kekasih pria itu -seingatku yang lebih tua-. Setelah beberapa bulan dekat, perempuan yang lebih tua itu merasa rindu pada sang kekasih, kedua orangtuanya, sahabatnya, teman-teman, dan saudara yang setiap hari ditemuinya. Dia merindukan orang-orang di sekitarnya, dan merasa jauh padahal mereka dekat.
Dan pada akhirnya, itu adalah sebuah firasat. Dan perempuan yang lebih tua itu menutup usia. Dan si pria menjadi milik saudarinya.
Ada yang tahu itu cerita apa?
Itu yang kurasakan 3 hari terakhir ini. Merindu orang-orang di sekitarku. Yang selalu bersamaku.
Rasanya mereka jauh.
Senin, 11 Januari 2016
#Poemaries : TENTANG HIDUP DARI TUHAN
Tentang hidup bermakna yang tak ku syukuri
Tentang hidup damai yang ku anggap membosankan
Tentang itu semua hamba mohon ampun,
Tuhan
lagi?
Bolehkah jika aku selancang ini,
lagi?
Memohon padamu, dan melupakanmu di saat bahagiaku.
Merengek padamu dalam setiap kelamku
Maafkan aku,
Tuhan
Tuntun aku dalam menerima
Lempar aku dari neraka
Namun, tak pantas pula aku ke surga
beri aku jalan.
hambamu yang nista.