Senyumannya memancarkan kehangatan
Tatapannya menyilaukan, namun menenangkan
Legam irisnya menghanyutkan
Bagaikan senja
Maka kuanalogikan ia, bagai senja
Senja di ujung hari, yang membekas di hati
Senja di awal malam, yang merengek dalam dingin
Saat jauh, aku merindukannya
Merindukan hangatnya
Saat dekat, aku tergoresnya
Tergores ujung-ujung pisau tajamnya
Janganlah mendekat janganlah menjauh,
kataku pada hatiku
Bimbang dan gamang
Namun sekali lagi kuingat,
hangat senyumnya
-Atikazu, 11 11 2015-